Di suatu kampung kecil bernama Kampung Rasa, Pak Kades mengumumkan dengan semangat, “Minggu depan kita akan adakan lomba masak nasi goreng! Setiap warga boleh ikut. Gunakan dana yang tersedia untuk membeli bahan, dan siapkan nasi goreng terbaik kalian!”
Sorak sorai warga menyambut pengumuman itu. Semua bersemangat, membayangkan aroma harum bawang putih tumis dan suara nasi yang menggilas wajan panas.
Setiap warga diberi dana yang sama. Tanpa pikir panjang, sebagian besar langsung belanja ke pasar: telur, sosis, ayam, udang, bahkan ada yang pakai keju dan daging asap. Pagi lomba, aroma dari seluruh penjuru kampung seperti surga kuliner. Ada nasi goreng seafood pedas, nasi goreng kambing rempah Arab, sampai nasi goreng nanas ala Thailand. Meriah!
Namun, satu sudut terlihat berbeda. Pak Wiryo, lelaki paruh baya yang hidup sederhana, memasak dengan peralatan baru: panci besar, spatula kokoh, dan kompor portabel yang tampak mengilap.
Nasi goreng buatan Pak Wiryo sederhana: hanya bawang, telur, dan sedikit kecap. Rasanya enak, tapi tidak seheboh nasi goreng warga lainnya.
Ketika pengumuman pemenang tiba, seperti yang diduga, Pak Wiryo tidak menang. Warganya bersorak, piala bergilir berpindah tangan, dan nasi goreng habis dilahap warga serta panitia. Hanya tawa dan kenangan yang tersisa.
Namun seminggu setelah lomba, sesuatu berubah. Satu per satu warga datang ke rumah Pak Wiryo, meminjam panci, meminta tolong memasakkan nasi goreng, atau belajar cara menumis yang benar.
“Pak, boleh saya pinjam kompornya? Yang di rumah rusak,” kata Bu Siti.
“Pak, saya dapat pesanan nasi goreng lima bungkus. Boleh masak di rumah Bapak?” tanya Mas Jaya.
Alat masak yang dibeli Pak Wiryo ternyata jadi sumber rezeki baru. Dia mulai buka warung kecil di depan rumah. Setiap malam, orang antre beli nasi goreng sederhana yang gurih dan hangat dari wajan yang dulu dipakai untuk lomba.
Kini, nasi goreng Pak Wiryo bukan sekadar makanan. Ia mungkin kalah dalam lomba satu hari, tapi menang dalam kehidupan yang panjang.
Karena kadang, bukan soal siapa yang menang hari ini — tapi siapa yang bertahan dan siap di esok hari.