Deteksi Tahap Pertumbuhan Jagung dengan Citra Satelit Landsat

Di Indonesia, jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang penting, baik untuk konsumsi manusia maupun sebagai pakan ternak. Di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, jagung menjadi salah satu komoditas utama yang mendukung perekonomian lokal. Untuk memastikan hasil panen yang optimal, penting bagi petani dan pengelola pertanian untuk memahami dengan baik tahap pertumbuhan jagung.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim kami dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di Surabaya berfokus pada pemantauan tahap pertumbuhan jagung menggunakan citra satelit. Penelitian ini menggunakan data dari satelit Landsat dan MODIS, yang digabungkan dengan model ESTARFM untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat tentang pertumbuhan jagung di Kabupaten Ngawi.

Dalam penelitian ini, kami menemukan bahwa terdapat dua siklus penanaman jagung dalam setahun di daerah tersebut. Siklus pertama berlangsung dari bulan Oktober hingga Januari, sementara siklus kedua berlangsung dari Februari hingga Mei/Juni. Dengan menggunakan indeks vegetasi Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), para peneliti dapat mengidentifikasi berbagai tahap pertumbuhan jagung. Misalnya, NDVI sekitar 0,3 menunjukkan tahap vegetatif awal, sedangkan NDVI sekitar 0,8 menandakan tahap generatif awal.

Data yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada bulan Mei 2019, area jagung yang berada pada tahap generatif awal mencapai sekitar 219,15 hektar berdasarkan citra Landsat, dan 200,88 hektar berdasarkan citra hasil penggabungan ESTARFM. Pada bulan Juni 2022, area tersebut tercatat sebesar 178,74 hektar (Landsat) dan 180,18 hektar (ESTARFM). Sementara itu, pada bulan Mei 2023, area jagung yang berada pada tahap generatif akhir meningkat menjadi 236,43 hektar (Landsat) dan 205,92 hektar (ESTARFM).

Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi satelit dapat membantu dalam memantau pertumbuhan jagung secara lebih efisien. Dengan informasi yang akurat tentang tahap pertumbuhan, petani dan pengelola pertanian dapat membuat keputusan yang lebih baik mengenai penanaman, pengairan, dan panen. Hal ini pada gilirannya dapat berkontribusi pada peningkatan produksi jagung dan ketahanan pangan di Kabupaten Ngawi.

Artikel terkait: https://journals.sfu.ca/ijg/index.php/journal/article/view/3535

Tulisan ini menggunakan bantuan ChatGPT 4.o