Dampak Emisi PLTU Suralaya terhadap Konsentrasi PM2.5 di Jakarta Raya

Salah satu polutan udara yang menjadi perhatian utama di berbagai belahan dunia adalah Particulate Matter 2.5 (PM2.5), partikel halus yang memiliki diameter kurang dari 2.5 mikrometer. PM2.5 dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk pembakaran bahan bakar fosil, yang merupakan salah satu penyebab utama pencemaran udara. Di Indonesia, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) menjadi salah satu kontributor signifikan terhadap emisi PM2.5. Penelitian ini berfokus pada dampak emisi dari PLTU Suralaya, yang terletak di Banten, terhadap konsentrasi PM2.5 di Jakarta Raya, sebuah kota yang dikenal dengan tingkat polusi udaranya yang tinggi.

PLTU Suralaya, sebagai salah satu pembangkit listrik terbesar di Indonesia, beroperasi dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakar utama. Dengan jarak sekitar 100 kilometer dari Jakarta, emisi yang dihasilkan dari proses pembakaran di PLTU ini berpotensi menyebar ke daerah sekitarnya, termasuk ibu kota. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana emisi dari PLTU Suralaya mempengaruhi konsentrasi PM2.5 di Jakarta Raya selama periode 2019 hingga 2022.

Dalam penelitian ini, kami memanfaatkan citra satelit MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) untuk memantau konsentrasi PM2.5. Data yang diperoleh dari citra satelit ini memungkinkan analisis spatio-temporal, yang memberikan gambaran tentang perubahan konsentrasi PM2.5 dari waktu ke waktu dan lokasi yang berbeda. Selain itu, data meteorologi, seperti arah dan kecepatan angin, juga dianalisis untuk memahami bagaimana kondisi atmosfer mempengaruhi penyebaran polutan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi PM2.5 di Jakarta Raya cenderung meningkat selama periode penelitian, dengan puncak konsentrasi terjadi pada bulan-bulan tertentu yang bertepatan dengan peningkatan aktivitas pembangkit listrik. Data menunjukkan bahwa emisi dari PLTU Suralaya berkontribusi tidak signifikan terhadap peningkatan konsentrasi PM2.5, terutama pada saat kondisi meteorologi mendukung, seperti ketika angin bertiup dari arah Banten menuju Jakarta.

Lebih lanjut, analisis juga mengungkapkan bahwa daerah-daerah tertentu di Jakarta, terutama yang berdekatan dengan jalur transportasi utama dan area industri, menunjukkan konsentrasi PM2.5 yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa  emisi dari PLTU Suralaya bukan satu satunya faktor penyebab meningkatnya polusi udara, faktor lain seperti lalu lintas kendaraan dan aktivitas industri juga memainkan peran penting dalam meningkatkan konsentrasi PM2.5 di Jakarta.

Dengan memahami hubungan antara emisi dari pembangkit listrik dan konsentrasi PM2.5, langkah-langkah mitigasi dapat diambil untuk mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Penelitian ini menegaskan pentingnya pemantauan emisi dari PLTU Suralaya dan sumber domistik lainnya, serta dampaknya terhadap kualitas udara di Jakarta Raya. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pengambilan kebijakan yang lebih baik dalam pengelolaan kualitas udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Upaya untuk mengurangi emisi dari sumber-sumber polusi, sangat penting untuk meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat di Jakarta Raya. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan kualitas udara di Jakarta dapat diperbaiki, memberikan manfaat bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan.

Artikel terkait: http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/imagi/article/view/13765

Tulisan ini memanfaatkan bantuan dari ChatGPT4.o